Blog ini membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dasar

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 12 Desember 2020

Rabu, 01 Juli 2020

SD Becari Menyapa Saat Pandemi

Video ini untuk mengingatkan siswa tetap berada di rumah saat pandemi.
Share:

Senin, 22 Juni 2015

Senin, 20 April 2015

Selasa, 14 April 2015

Belajar tentang Learning Trajectory



MEMBANGUN LEARNING TRAJECTORY
Diriku yang akan dan sedang membangun learning trajectory

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Learning Trajectory
Dosen : Prof. Dr. Marsigit, MA




 








Disusun oleh:
1.      SRI INDHAH                    (14712259012)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
DIRIKU YANG AKAN DAN SEDANG MEMBANGUN TEORI TENTANG LEARNING TRAJECTORY

Diriku adalah individu yang sedang dalam proses belajar. Belajar tentang bagaimana mengajar yang seutuhnya. Siswa mmeiliki latar belakang sosiokultural yang berbeda, siswa memiliki kemampuan yang berbeda, siswa memiliki pandangan tentang ilmu pengetahuan yang berbeda dan siswa memiliki potensi untuk berkembang yang berbeda pula. Pemahaman pertama yang disebutkan tadi adalah pemahaman tentang perbedaan individu.
Belajar dan mengajar perlu tahu dulu tentang perbedaan individu. Masing-masing individu memiliki perasaan dan pemikiran yang berbeda tentang banyak hal. Sehingga kita harus memahami tentang semua perbedaan ini. Setelah kita paham tentang perbedaan individu ini kita kemudian harus menyadari bahwa cara belajar mereka juga berbeda. Ada siswa yang mendengar saja sudah paham, ada siswa yang melihat baru paham dan ada siswa yang mempraktekan baru dia paham. Namun sejatinya belajar adalah proses.
Belajar sebagai proses ini akan lebih mengena pada diri siswa jika siswa mengalami sendiri proses belajar itu sendiri. Artinya siswa berpengalaman dalam belajar, kemudian baru dia memahami setiap proses yang dilalui. Kita kenal dengan aposteriori. Sedangkan siswa yang tidak mengalami dan hanya diberi tahu tanpa dilibatkan dalam pengalaman itu sendiri, maka dikenal dengan apriori.
Dilihat dari tingkat perkembangannya siswa usia sekolah dasar menurut Piaget berada dalam tingkat operasional konkret. Siswa sekolah dasar akan dapat mudah belajar dengan menggunakan hal-hal atau benda-benda nyata yang ada di lingkungan sekitar siswa. Meskipun mereka dalam tahap perkembangan yang sama, namun pengetahuan awal mereka pasti berbeda. Siswa akan memulai belajar dengan cara yang berbeda pula.
Pentingnya guru dalam mengetahui pengetahuan awal ini untuk memperkirakan tujuan akhir yang akan dilalui siswa. Ada siswa yang hanya belajar dengan tujuan akhir yang ringan-ringan saja namun sudah memuaskan mereka dan ada siswa yang belajar dengan tujuan yang mendalam baru dia merasa terpuaskan. Keadaan ini harus kia pahami sebagai tujuan akhir belajar yang berbeda. Meskipun target kita adalah ada pada tujuan siswa dapat menuntaskan kompetensi minimal yang kita patok, namun kita juga harus tetap memfasilitasi siswa yang ingin belajar lebih.
Tahap kedua dalam belajar adalah proses belajar itu sendiri. Setelah kita memahami tentang siswa dan pengetahuan awalnya, maka kita harus mengerti tentang proses yang harus dilalui siswa dalam mencari ilmu pengetahuan. Artinya sebagai guru kita harus sopan dan santun terhadap ruang dan waktu. Artinya ketika kita ingin menggali potensi siswa maka kita harus tahu cara siswa itu belajar. Namun kita harus ingat siswa itu punya batas. Sehingga ada perbedaan antara perlakuan yang berbeda antar siswa. Guru tidak boleh menaganggap dirinya sebagai pemimpin yang absolut. Kita harus paham bahwa siswa itu adalah individu yang belajar, sehingga kesalahan itu wajar bagi siswa. Karena kebenaran itu ada pada kesalahan. Jangan menginginkan jawaban yang benar terus dari siswa sehingga kita harus mengerti dari kesalahan itu adalah kebenaran.  
Tahap ketiga kita harus menetapkan tujuan akhir dari pembelajaran kita. Artinya dalam mengajar kita tidak boleh mengharapkan tujuan yang sama pada semua siswa. Produk yang dihasilkan tidak menjadi soal, namun yang terpenting adalah bagaimana proses belajar siswa itu dilaksanakan. Dalam proses itu adalah bagaimana siswa dapat
Maka kita belajar learning trajectory, karena kita sebagai guru maka learning trajectory hanya sebagian yang harus kita pelajari, dan sebagian lain adalah teaching trajectory. Adapaun bentuknya antara lain:
1.      Dimensi Formal berupa dokumen-dokumen resmi
Terdiri dari peraturan yang berlaku dalam  pendidikan di negara kita. Dimulai dari UUD 1945, yang diturunkan ke dalam Undang-Undang. Undang-Undang diturunkan ke dalam Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah diturunkan lagi ke dalam Peraturan Menteri. Menteri kemudian membuat kurikulum, dan di dalam kurikulum tersebut terdapat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, LKS dan lain-lain. Dokuemn di atas merupakan dokumen resmi yang disediakan pemerintah, sehingga sebagai guru kita harus mengembangkan sendiri dalam pembelajaran kita.
Berdasarkan dokumen di atas guru dapat belajar dari berbagai sumber, sehingga dapat melengkapi pengetahuan seorang guru. Guru harus belajar teori dan praktek. Teori dapat dipelajari dari sumber yang relevan, sedangkan praktek dapat dipelajari dari video pembelajaran atau dari pembelajaran yang sudah kita lakukan.
Siswa yang sedang belajar harus selalu kita evaluasi, agar pembelajarn kita dapat maksimal. Siswa yang melakukan kesalahan jangan sampai kita salahkan, karena dalam kesalahan itu ada kebenaran. Belajar adalah sebuah proses, sehingga kesalahan itu wajar dalam pembelajaran.
2.      Bentuk Materialnya (konteks dan konten)
a.       Konteks (fisik) artefak, budaya,
Artinya dalam belajar itu kita mengacu pada budaya yang sudah dimiliki siswa dari rumah. Sehingga belajar menggunakan sistem budaya dan sosial akan sangat berguna bagi siswa.  
b.      Materialnya: perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang kita susun harus disesuaikan dengan teori dan tingkat berpikir siswa. Sehingga siswa dapat menyusun sendiri konsep ilmunya.
3.      Bentuk Normatif bisa menggunakan buku, makalah, jurnal.
Dalam dimensi normatif  disini learning trajectory ditinjau dari filsafatnya. Ditinjau dari filsafatnya terdiri dari 3 bagian, yaitu berdasarkan hakikat (makna), metode, dan etik dan estetik
a.       Berdasarkan hakikatnya dibedakan menjadi dua yaitu wadah dan isi. Tidak akan ada wadah tanpa isi. Sehingga dalam diri siswa merupakan wadah yang sudah ada isinya. Isi ini merupakan pengetahuan awal, sehingga dalam belajar kita harus memulai dari pengetahuan awal ini. Siswa berada dalam Zona tidak bisa melakukan suatu hal. Maka guru hadir memberi bantuan atau teman lain memberi bantuan. Sehingga ZPD dapat hadir di sini. Pemberian isi ini tidak bisa dilakukan dengan memuntahkan seluruh isi yang namun membangun isi yang sudah ada agar menjadi rumusan teori yang baru.
b.      Metode
Metode mengajar untuk siswa SD tentu harus disesuaikan dengan taraf berpikirnya. Dalam teori Piaget siswa SD berada dalam masa operasional konkret. Dimana siswa belajar harus diawalai dengan hal-hal yang konkret. Maka metode yang digunakan guru harus disesuaikan dengan taraf berpikir siswa tersebut. Guru harus dapat menyesuaikan berbagai metode dengan taraf berpikir tersebut. Misalnya guru akan menggunakan metode penemuan. Maka guru harus merangsang siswa dengan menghadirkan benda-benda nyata untuk memulai pembelajaran.
c.       Etik estetik
Guru dapat menggunakan buku, jurnal dan makalah penelitian untuk menambah wasan mengenai pembelajaran, sehingga pembelajaran yang dilakukan guru tidak ketinggalan zaman. Hal ini harus dilakukan agar guru selalu belajar dan terbuka dengan pembaharuan. Paradigma yang berkembang di masayarakat tentang guru, sekolah dan sistem pendidikan mnegalami perkembangan seiring waktu. Masayarakat menjadi lebih kritis dalam menanggapi perubahan tersebut.
Guru dapat menggunakan banyak metode dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Sehingga proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lancar.                                                                                                                                                                                                                                                                                               


Dari penjelasan di atas dapat kita gambarkan proses Learning Trajectory yang kita pelajari






























Hermeneutika learning trajectory oleh dirimu masing-masing dalam kebersamaan


Dari uraian di atas, dapat saya simpulkan tentang Learning Trajectory. Dimana dalam proses belajar mengajar seorang guru itu harus mengetahui jati diri siswa, maka siswa sebagai warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang adil. Sedangkan dalam belajar siswa harus dieksplor. Artinya siswa belajar dari lingkungan yang berbeda sehingga berbagai potensi itu harus digali. Maka seorang guru dengan pengalamannya, fenomenanya, dan pengetahuannya bertemu dalam teori dan praktek. Praktek bisa langsung maupun tidak langsung. Dengan cara ini guru belajar melihat dan mengevaluasi pembelajaran yang dia lakukan.
Bagaimana mneyusun pembelajaran kolaboratif di dalam kelas, dan bagaimana memberikan layanan kepada semua siswanya. Dari praktek-prakktek ini diharapkan guru menemukan formula yang sesuai dengan apa yang diharapkan siswa. Belajar adalah membangun teori, maka kita harus memberi fasilitas kepada siswa untuk membangun teorinya sendiri. Kita akan menggunakan teori Vygotsky dalam mengajar misalnya, yaitu dikenal dengan ZPD. Dimana hal ini untuk memfasilitasi siswa yang tidak mampu membangun teori dengan bantuan orang lain. Maka siswa tersebut diharapkan dapat membangun teorinya sendiri dengan bantuan orang lain. Untuk mengetahui cara siswa belajar atau berfikir dengan melihat video dan penelitian di sekolah masing-masing. Dengan melihat cara mengajar yang dilakukan oleh orang lain dan mengevaluasi pembelajaran kita, maka seorang guru akan lebih kaya dalam menyusun pembelajaran. Menurut teori kognitif sosial, kita perlu menghadirkan model dalam belajar. Siswa juga berasal dari latar belakang osial yang berbeda. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam proses belajar mengaajar di kelas. Teori belajar siswa dibangun berdasarkan teori. Misalnya kita mengajar dengan menggunakan teori Bruner, dimana memiliki tiga tahapan, yaitu: enaktif, econic dan simbolik. Maka pembelajaran dilakukan dengan benda-benda yang nyata, kemudian gambar benda lalu diakhiri dengan simbol dari benda tersebut. Sedangkan menurut PMRI maka pembelajaran diawali dengan benda konkret, semi konkret, semi formal dan formal. Dan masih banyak lagi teori yang dapat mmebangun proses berpikir siswa.
Semua hal itu dilakukan guru agar siswa dapat membangun teorinya sendiri. Jika teori dibangun dengan caranya sendiri, maka akan bertahan lama dalam ingatan siswa. Namun jika hanya diberi tahu, kemungkinan besar siswa akan lupa. Kita harus ingat, jika pembelajaran kita awali dengan cara terbuka, dan dilakukan dengan proses terbuka serta diakhiri dengan cara yang terbuka tentu akan memberi kesempatan kepada siswa untuk memaksimalkan potensinya.


Share:

Blogger templates

Blogger templates