MEMBANGUN LEARNING TRAJECTORY
Diriku yang akan dan sedang
membangun learning trajectory
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Learning
Trajectory
Dosen : Prof. Dr. Marsigit, MA
Disusun oleh:
1. SRI INDHAH (14712259012)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

DIRIKU YANG AKAN DAN SEDANG
MEMBANGUN TEORI TENTANG LEARNING TRAJECTORY
Diriku
adalah individu yang sedang dalam proses belajar. Belajar tentang bagaimana
mengajar yang seutuhnya. Siswa mmeiliki latar belakang sosiokultural yang
berbeda, siswa memiliki kemampuan yang berbeda, siswa memiliki pandangan
tentang ilmu pengetahuan yang berbeda dan siswa memiliki potensi untuk
berkembang yang berbeda pula. Pemahaman pertama yang disebutkan tadi adalah
pemahaman tentang perbedaan individu.
Belajar
dan mengajar perlu tahu dulu tentang perbedaan individu. Masing-masing individu
memiliki perasaan dan pemikiran yang berbeda tentang banyak hal. Sehingga kita
harus memahami tentang semua perbedaan ini. Setelah kita paham tentang
perbedaan individu ini kita kemudian harus menyadari bahwa cara belajar mereka
juga berbeda. Ada siswa yang mendengar saja sudah paham, ada siswa yang melihat
baru paham dan ada siswa yang mempraktekan baru dia paham. Namun sejatinya
belajar adalah proses.
Belajar
sebagai proses ini akan lebih mengena pada diri siswa jika siswa mengalami
sendiri proses belajar itu sendiri. Artinya siswa berpengalaman dalam belajar,
kemudian baru dia memahami setiap proses yang dilalui. Kita kenal dengan
aposteriori. Sedangkan siswa yang tidak mengalami dan hanya diberi tahu tanpa
dilibatkan dalam pengalaman itu sendiri, maka dikenal dengan apriori.
Dilihat
dari tingkat perkembangannya siswa usia sekolah dasar menurut Piaget berada
dalam tingkat operasional konkret. Siswa sekolah dasar akan dapat mudah belajar
dengan menggunakan hal-hal atau benda-benda nyata yang ada di lingkungan
sekitar siswa. Meskipun mereka dalam tahap perkembangan yang sama, namun
pengetahuan awal mereka pasti berbeda. Siswa akan memulai belajar dengan cara
yang berbeda pula.
Pentingnya
guru dalam mengetahui pengetahuan awal ini untuk memperkirakan tujuan akhir
yang akan dilalui siswa. Ada siswa yang hanya belajar dengan tujuan akhir yang
ringan-ringan saja namun sudah memuaskan mereka dan ada siswa yang belajar
dengan tujuan yang mendalam baru dia merasa terpuaskan. Keadaan ini harus kia
pahami sebagai tujuan akhir belajar yang berbeda. Meskipun target kita adalah
ada pada tujuan siswa dapat menuntaskan kompetensi minimal yang kita patok,
namun kita juga harus tetap memfasilitasi siswa yang ingin belajar lebih.
Tahap
kedua dalam belajar adalah proses belajar itu sendiri. Setelah kita memahami
tentang siswa dan pengetahuan awalnya, maka kita harus mengerti tentang proses
yang harus dilalui siswa dalam mencari ilmu pengetahuan. Artinya sebagai guru
kita harus sopan dan santun terhadap ruang dan waktu. Artinya ketika kita ingin
menggali potensi siswa maka kita harus tahu cara siswa itu belajar. Namun kita
harus ingat siswa itu punya batas. Sehingga ada perbedaan antara perlakuan yang
berbeda antar siswa. Guru tidak boleh menaganggap dirinya sebagai pemimpin yang
absolut. Kita harus paham bahwa siswa itu adalah individu yang belajar,
sehingga kesalahan itu wajar bagi siswa. Karena kebenaran itu ada pada
kesalahan. Jangan menginginkan jawaban yang benar terus dari siswa sehingga
kita harus mengerti dari kesalahan itu adalah kebenaran.
Tahap
ketiga kita harus menetapkan tujuan akhir dari pembelajaran kita. Artinya dalam
mengajar kita tidak boleh mengharapkan tujuan yang sama pada semua siswa.
Produk yang dihasilkan tidak menjadi soal, namun yang terpenting adalah
bagaimana proses belajar siswa itu dilaksanakan. Dalam proses itu adalah
bagaimana siswa dapat
Maka
kita belajar learning trajectory, karena kita sebagai guru maka learning
trajectory hanya sebagian yang harus kita pelajari, dan sebagian lain adalah
teaching trajectory. Adapaun bentuknya antara lain:
1. Dimensi
Formal berupa dokumen-dokumen resmi
Terdiri dari peraturan yang berlaku
dalam pendidikan di negara kita. Dimulai
dari UUD 1945, yang diturunkan ke dalam Undang-Undang. Undang-Undang diturunkan
ke dalam Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah diturunkan lagi ke dalam
Peraturan Menteri. Menteri kemudian membuat kurikulum, dan di dalam kurikulum
tersebut terdapat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, LKS
dan lain-lain. Dokuemn di atas merupakan dokumen resmi yang disediakan
pemerintah, sehingga sebagai guru kita harus mengembangkan sendiri dalam
pembelajaran kita.
Berdasarkan dokumen di atas guru dapat
belajar dari berbagai sumber, sehingga dapat melengkapi pengetahuan seorang
guru. Guru harus belajar teori dan praktek. Teori dapat dipelajari dari sumber
yang relevan, sedangkan praktek dapat dipelajari dari video pembelajaran atau
dari pembelajaran yang sudah kita lakukan.
Siswa yang sedang belajar harus selalu
kita evaluasi, agar pembelajarn kita dapat maksimal. Siswa yang melakukan
kesalahan jangan sampai kita salahkan, karena dalam kesalahan itu ada
kebenaran. Belajar adalah sebuah proses, sehingga kesalahan itu wajar dalam
pembelajaran.
2. Bentuk
Materialnya (konteks dan konten)
a. Konteks
(fisik) artefak, budaya,
Artinya dalam belajar itu kita mengacu
pada budaya yang sudah dimiliki siswa dari rumah. Sehingga belajar menggunakan
sistem budaya dan sosial akan sangat berguna bagi siswa.
b. Materialnya:
perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang kita susun
harus disesuaikan dengan teori dan tingkat berpikir siswa. Sehingga siswa dapat
menyusun sendiri konsep ilmunya.
3. Bentuk
Normatif bisa menggunakan buku, makalah, jurnal.
Dalam
dimensi normatif disini learning
trajectory ditinjau dari filsafatnya. Ditinjau dari filsafatnya terdiri dari 3
bagian, yaitu berdasarkan hakikat (makna), metode, dan etik dan estetik
a. Berdasarkan
hakikatnya dibedakan menjadi dua yaitu wadah dan isi. Tidak akan ada wadah
tanpa isi. Sehingga dalam diri siswa merupakan wadah yang sudah ada isinya. Isi
ini merupakan pengetahuan awal, sehingga dalam belajar kita harus memulai dari
pengetahuan awal ini. Siswa berada dalam Zona tidak bisa melakukan suatu hal.
Maka guru hadir memberi bantuan atau teman lain memberi bantuan. Sehingga ZPD
dapat hadir di sini. Pemberian isi ini tidak bisa dilakukan dengan memuntahkan
seluruh isi yang namun membangun isi yang sudah ada agar menjadi rumusan teori
yang baru.
b. Metode
Metode
mengajar untuk siswa SD tentu harus disesuaikan dengan taraf berpikirnya. Dalam
teori Piaget siswa SD berada dalam masa operasional konkret. Dimana siswa
belajar harus diawalai dengan hal-hal yang konkret. Maka metode yang digunakan
guru harus disesuaikan dengan taraf berpikir siswa tersebut. Guru harus dapat
menyesuaikan berbagai metode dengan taraf berpikir tersebut. Misalnya guru akan
menggunakan metode penemuan. Maka guru harus merangsang siswa dengan menghadirkan
benda-benda nyata untuk memulai pembelajaran.
c. Etik
estetik
Guru
dapat menggunakan buku, jurnal dan makalah penelitian untuk menambah wasan
mengenai pembelajaran, sehingga pembelajaran yang dilakukan guru tidak
ketinggalan zaman. Hal ini harus dilakukan agar guru selalu belajar dan terbuka
dengan pembaharuan. Paradigma yang berkembang di masayarakat tentang guru,
sekolah dan sistem pendidikan mnegalami perkembangan seiring waktu. Masayarakat
menjadi lebih kritis dalam menanggapi perubahan tersebut.
Guru dapat menggunakan banyak metode dalam
melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Sehingga proses pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan lancar.
Dari
penjelasan di atas dapat kita gambarkan proses Learning Trajectory yang kita
pelajari
Dari
uraian di atas, dapat saya simpulkan tentang Learning Trajectory. Dimana dalam
proses belajar mengajar seorang guru itu harus mengetahui jati diri siswa, maka
siswa sebagai warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang adil. Sedangkan
dalam belajar siswa harus dieksplor. Artinya siswa belajar dari lingkungan yang
berbeda sehingga berbagai potensi itu harus digali. Maka seorang guru dengan pengalamannya,
fenomenanya, dan pengetahuannya bertemu dalam teori dan praktek. Praktek bisa
langsung maupun tidak langsung. Dengan cara ini guru belajar melihat dan
mengevaluasi pembelajaran yang dia lakukan.
Bagaimana
mneyusun pembelajaran kolaboratif di dalam kelas, dan bagaimana memberikan
layanan kepada semua siswanya. Dari praktek-prakktek ini diharapkan guru
menemukan formula yang sesuai dengan apa yang diharapkan siswa. Belajar adalah
membangun teori, maka kita harus memberi fasilitas kepada siswa untuk membangun
teorinya sendiri. Kita akan menggunakan teori Vygotsky dalam mengajar misalnya,
yaitu dikenal dengan ZPD. Dimana hal ini untuk memfasilitasi siswa yang tidak
mampu membangun teori dengan bantuan orang lain. Maka siswa tersebut diharapkan
dapat membangun teorinya sendiri dengan bantuan orang lain. Untuk mengetahui
cara siswa belajar atau berfikir dengan melihat video dan penelitian di sekolah
masing-masing. Dengan melihat cara mengajar yang dilakukan oleh orang lain dan
mengevaluasi pembelajaran kita, maka seorang guru akan lebih kaya dalam
menyusun pembelajaran. Menurut teori kognitif sosial, kita perlu menghadirkan
model dalam belajar. Siswa juga berasal dari latar belakang osial yang berbeda.
Hal ini akan sangat berpengaruh dalam proses belajar mengaajar di kelas. Teori
belajar siswa dibangun berdasarkan teori. Misalnya kita mengajar dengan
menggunakan teori Bruner, dimana memiliki tiga tahapan, yaitu: enaktif, econic
dan simbolik. Maka pembelajaran dilakukan dengan benda-benda yang nyata,
kemudian gambar benda lalu diakhiri dengan simbol dari benda tersebut.
Sedangkan menurut PMRI maka pembelajaran diawali dengan benda konkret, semi
konkret, semi formal dan formal. Dan masih banyak lagi teori yang dapat
mmebangun proses berpikir siswa.
Semua
hal itu dilakukan guru agar siswa dapat membangun teorinya sendiri. Jika teori
dibangun dengan caranya sendiri, maka akan bertahan lama dalam ingatan siswa.
Namun jika hanya diberi tahu, kemungkinan besar siswa akan lupa. Kita harus
ingat, jika pembelajaran kita awali dengan cara terbuka, dan dilakukan dengan
proses terbuka serta diakhiri dengan cara yang terbuka tentu akan memberi
kesempatan kepada siswa untuk memaksimalkan potensinya.
0 komentar:
Posting Komentar